Masihkah Matematika Dipandang Sebagai Parameter Kecerdasan Anak? – Matematika masih menjadi momok yang sangat menakutkan bagi pelajar, terutama yang sulit memahami dunia berhitung. Tidak sedikit pula yang menjadikan pelajaran matematika sebagai favorite subjects. Tapi masikah di masa generasi alpha ini, matematika dijadikan sebagai salah satu penentu kualitas kecerdasan anak?. Mungkin jawabannya bisa ya atau tidak.
Seperti yang kita lihat dimasyarakat sekarang, bahwa masih banyak orang tua yang memegang prinsip tersebut, “anak tidak pintar jika tidak memiliki nilai matematika yang memuaskan”. Tapi perlu kita ketahui, bahwa anak tidak bisa dipaksa cerdas untuk bisa menguasai pelajaran yang menurutnya memang sulit untuk cepat diserap. Setiap anak punya kecerdasannya masing-masing, setiap anak punya potensinya masing-masing.
Baca Juga: Kenali STEM dan Pengaruhnya Dalam Pendidikan
Peran orang tua disini cuma melihat jenis potensi apa yang dimiliki anak, dan sudah seberapa besar ia melakukan potensi tersebut. Kemudian bantu asah potensi tersebut dengan memberi fasilitas yang tentunya ia perlukan.
Misal, anak memiliki potensi di bidang tulis menulis, mungkin kita bisa membantu mengembangkan potensinya dengan memberikan beberapa fasilitas yang mendukung seperti memberinya buku, alat tulis dan hal lain yang ia butuhkan. Dengan begitu anak bisa dengan leluasa untuk meningkatkan potensinya.
Karena di Zaman sekarang nggak sedikit loh orang tua yang mengeluarkan banyak uang untuk memberikan les privat akademik agar anak bisa mendapatkan nilai yang memuaskan dan hasilnya? Mungkin kita bisa menilai sendiri. dan lagi-lagi masih tentang masalah akademis. Walaupun hal tersebut tidak bisa kita anggap salah.
Perlu kita ketahui bahwa banyak anak yang bisa dalam hal hitung menghitung tapi sulit ketika sudah masuk dalam esensi matematika itu sendiri. Namun, tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam pembelajaran matematika sekarang, anak memang dituntut untuk memahami indikator penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sejak masuk pendidikan dasar.
Namun esensi dari matematika tersebut terkadang lepas dari pembelajaran di kurikulum sekarang. Sebab yang dipelajari hanya masalah perhitungan. Karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa matematika tidak hanya mengenal masalah berhitung, tapi bernalar, mengidentifikasi masalah, dan mengklasifikasikannya. tapi seperti yang kita lihat dalam pembelajaran dikelas, kita belum bisa mengatakan jika hal tersebut sebagai suatu pembelajaran matematika.
Jadi bisa dikatakan, bahwa parameter kecerdasan anak tidak hanya bisa kita ukur secara gamblang dengan melihat hasil matematika yang diperoleh, sebab anak punya kecerdasannya masing-masing, ada yang cerdas dibidang sastra, seni, saintifik dan lain-lainnya. Orang tua hanya menjadi fasilitator dan pendukung untuk keberhasilan anak. Dengan begitu anak merasa bebas, percaya diri dan yakin untuk lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya.