Kuliah di Luar Negeri: Punya motivasi kuat atau Sekedar Tren? – Dulu kalau ada orang yang berencana melanjutkan kuliah di luar negeri, akses informasi mengenai negara tujuan, universitas, hingga beasiswa belum sebanyak sekarang yang bisa kita lihat di sosial media. Bisa dibilang kuliah di luar negeri itu hanyalah untuk orang orang yang punya uang saja. Sedangkan di zaman sekarang banyak orang yang bisa bersekolah di luar negeri. Lembaga-lembaga Negeri maupun swasta memberikan beasiswa yang banyak dan sudah bervariasi, Semakin banyak pula teman, saudara bahkan keluarga yang tahu mengenai informasi beasiswa di luar negeri.
Tapi sebenarnya, Kuliah di luar negeri itu hanya sekedar tren atau memang punya motivasi yang kuat?
Kebanyakan orang yang ingin belajar diluar malah hanya ingin agar terlihat keren dihadapan teman teman nya, malah ada yang blak blakan bahwa dia ingin kuliah ke luar negeri karena ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dia cukup pintar. Seriously? Pertanyaannya, apakah keinginan seperti itu cukup untuk mereka sebagai bekal mereka diluar negeri?
Perlu Motivasi yang Kuat, tentu saja.
disamping itu juga ada yang serius kuliah di luar negeri dengan segala perencanaan yang matang. Ada? banyak malah. perencanaan yang matang merupakan sesuatu yang perlu direnungkan secara serius.
Bagaimana tidak? untuk awalannya saja, untuk melamar ke sebuah universitas di luar negeri biasanya motivation letter akan selalu ditanyakan. Jawabannya akan menentukan apakah kita layak untuk kuliah di sana atau tidak, dan jawaban “jalan-jalan” rasa rasanya kurang tepat, kecuali mereka memang mau melamar di jurusan traveling, hospitality ataupun sejenisnya.
Soal bagaimana menuliskan motivasi itu dalam bahasa yang menarik jelas sebuah poin yang amat teramat penting. Bagi saya sendiri sebuah motivasi tidak pernah ada yang “salah”, karena sifatnya personal. Tapi jika itu hanya karena untuk mengikuti tren dan teman teman teman?
Coba kita tanya jawab hati
Bagaimana jika kemampuan bahasa asing kita masih jauh dari yang universitas tersebut persyaratkan? Bagaimana jika kita tidak lolos seleksi pada penerimaan mahasiswa baru di kampus yang kita idam idamkan? Bagaimana jika proses pengurusan visa nya tidak semudah yang kita bayangkan? Bagaimana jika kita tak punya teman sehati untuk berkeluh kesah? Bagaimana jika materi kuliahnya berat dan kita tidak sanggup? Bagaimana jika kita susah untuk lulus?
Apakah motivasi yang kita punya cukup kuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas?
Motivasi tentunya bisa mempengaruhi usaha dan perjalanan kita ke sana. Jika tak siap dengan segala kesusahan studi di luar negeri, bisa jadi ada pilihan lain: cari mentor atau ikut pelatihan. Pengalaman itu mahal, dan pengalaman melanjutkan studi di luar negeri juga adalah kesempatan untuk mengenal banyak hal. Banyak kesempatan yang kini ditawarkan untuk itu. Banyak pula saingan yang ada di seluruh dunia. Kata pepatah, “Tidak ada yang gratis didunia ini” Untuk mendapatkan sesuatu, perlu sesuatu juga: perjuangan, ikhtiar serta dukungan. Studi di luar negeri memang menyenangkan, pasti ada usaha keras dan momen-momen “berdarah” di balik layar.
Selamat berjuang! ♡
Gagal itu urusan nanti, yang terpenting kita pernah berusaha untuk mencoba ♡
bakat memiliki 3 dimensi psikologi yakni dimensi perseptual, dimensi psikomotor dan juga dimensi intelektual. Bakat mempengaruhi cita-cita dan pengenalan diri sendiri.#psikologi #penamillennials #pendidikan #shalaazz— Pena Millennials | Shalaazz (@penamillennials) January 20, 2020