Daruratnya Pendidikan di Indonesia – Halo sobat Shalaazz, seperti yang kita lihat pendidikan di Indonesia semakin hari semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas tenaga pengajar, sarana dan prasarana serta murid-muridnya.
Sebagian guru ada yang tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya, banyak orang yang menjadi guru bukan dari keinginannya melainkan tidak diterima di jurusan lain, kekurangan dana, ataupun sebagai pilihan akhir. Kecuali guru yang memang menjadikan dirinya sebagai abdi negara yang berpengalaman dalam memberikan pelajaran.
Selain itu juga, sarana dan prasarana di Indonesia juga semakin memburuk, terutama di daerah terbelakang. Terbatasnya sarana dan prasarana serta sulitnya akses ke daerah tersebut, semakin membuat mereka tidak dapat menikmati pendidikan secara maksimal. Berikut beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia yaitu:
1) Kualitas sarana yang rendah
Untuk sarana fisik, sering kita jumpai disekolah ataupun perguruan tinggi yang gedungnya rusak, laboratorium tidak standar, penggunaan media belajar yang rendah, buku-buku di perpustakaan yang kurang lengkap, teknologi informasi yang kurang memadai, dan sebagainya. Bahkan ada juga sebagian sekolah yang tidak memiliki bangunan sendiri, ruang laboratorium, dan perpustakaan.
2) Kuliatas guru yang rendah
Kualitas guru di Indonesia juga semakin memprihatinkan. Banyak guru di Indonesia yang belum profesional dalam menjalankan tugasnya. Tak bisa dipungkiri, banyak di antara mereka memilih profesi sebagai guru hanya karena pilihan akhir, kekurangan dana ataupun tidak diterima di jurusan lain.
Baca juga: Tujuan Berjuang Mencari Pendidikan Hakiki | Motivation Learning
3) Prestasi siswa yang rendah
Dengan sarana dan prasarana serta kualitas guru yang rendah, akan memberi dampak pada pencapaian prestasi para siswa. Dalam skala Internasional menurut laporan Bank Dunia (Greaney, 1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation Achievement) di Asia Timur menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah yaitu pada skor tes 51,7%. Anak di Indonesia sudah terbiasa dengan menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda sehingga sulit untuk mengerjakan soal uraian yang memerlukan penalaran.
4) Biaya Pendidikan yang mahal
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi, terkadang menjadi pertimbangan ekonomi, terutama pada masyarakat yang tinggal di daerah terbelakang ataupun masyarakat kurang mampu, sehingga tak jarang pula, banyak orang tua yang mengeluh bahkan tidak menyekolahkan anaknya.
Mahalnya biaya pendidikan tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, seperti munculnya BHMN (Badan Hukum Milik Negara), MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Yang berakibat pada pemerataan pendidikan di Indonesia sehingga akan menghambat pengembangan Sumber Daya Masyarakat (SDM) secara keseluruhan.
5) Rendahnya Relevasi Pendidikan dengan kebutuhan
Rendahnya relevansi ini dapat dilihat dari banyaknya angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BAPPENAS (1996), sejak tahun 1998 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU (25,47%), Diploma/SO (27,5%), Perguruan Tinggi (36,6%), sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya, ada 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan. Selain itu, masalah ketenagakerjaan juga dapat disebabkan oleh ketidakselarasan antara kurikulum yang kurang fungsional terhadap keterampilan di dunia kerja.
Solusi masalah Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah yang ada dalam dunia pendidikan ada beberapa solusi yang perlu kita tahu yaitu:
Pemerintah melakukan peninjauan kembali mengenai Kurikulum 2013.Selain hanya untuk kepentingan sesaat, pemerintah juga harus memerhatikan kepentingan orang banyak terutama guru, siswa, dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.
Menambah mata pelajaran keagamaan dan pendidikan moral, agar siswa maupun mahasiswa dapat membentengi diri dari akhlak yang tercela, perilaku yang buruk, dan perbuatan yang melanggar norma dan hukum. Selain itu juga, mata pelajaran TIK sebaiknya tidak dihapuskan, karena itu dapat menyebabkan negara kita ketinggalan informasi dan teknologi dengan negara lain.
Pemerintah harus sering mengadakan pelatihan pada seluruh guru di masing-masing bidang, agar pengetahuan pengetahuan mereka semakin bertambah. Terutama diisi dengan materi yang menarik, seperti cara mengajar agar siswa tidak mudah bosan dalam belajar.
Peran serta dalam pendidikan sangat penting dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, waktu bersama keluarga sangat diperlukan. Tapi sekarang ini banyak sekolah yang menerapkan Full Day School, sehingga dapat mengurangi waktu yang penting bersama keluarga.
Pemerintah harus mengkaji ulang mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Seharusnya pelajaran yang diajarkan lebih mengacu pada masa depan dan kebutuhan lapangan pekerjaan.
Jangan sampai mata pelajaran yang menumpuk membuat pelajar merasa tertekan karena mereka dituntut untuk mampu menguasai seluruh mata pelajaran. Padahal masing-masing pelajar mempunyai kelebihan dan keterampilan dalam pelajaran tertentu. Demikianlah beberapa pemaparan yang dapat saya sampaikan dalam artikel ini tentang “Daruratnya Pendidikan di Indonesia” semoga dapat bermanfaat.
Mungkin dalam artikel ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu dimohonkan kepada para pembaca untuk memberikan saran atau kritik serta tambahan pada kolom komentar. Terima kasih.
Penulis: Erisya Rahma Dina