Indonesia Website Awards

Organisasi dalam Perspektif Mahasiswa, Menurutmu?


Kalian tipikal mahasiswa yang seperti apa? Aktivis atau akademisi? Menjadi tipikal mahasiswa yang aktivis ataupun akademisi tidaklah salah. Karena sejatinya hidup memang sebuah pilihan. Semua dijalani tergantung dari pilihan yang sudah kita tentukan. Berdasarkan pengamatan pribadi, mahasiswa lebih suka menjadi tipikal yang akademisi. Entah faktor dari dorongan orang tua yang menginginkan anaknya cepat menyelesaikan studi, atau tidak menyukai kesibukan di luar dunia perkuliahan. Bagaimana dengan kampus kalian? Kebanyakan mahasiswa beranggapan bahwa kegiatan organisasi hanya akan menghambat perkuliahan dan menambah beban yang mengakibatkan lelah.

Pemikiran yang demikian benar-benar dapat dikatakan terlalu sempit. Padahal, kategori mahasiswa sudah harus mengajarkan kita arti kehidupan yang sesungguhnya. Perlu diperbaiki dalam hal pola pikir mahasiswa yang mengatakan bahwa organisasi hanya akan menghambat perkuliahan. Bagaimana dengan mahasiswa yang mendapatkan gelar mahasiswa berprestasi? Apakah mereka mahasiswa yang biasa-biasa saja? Tidak! Persisnya tidak diketahui teknik suatu universitas memberikan gelar mahasiswa berprestasi. Di kampus pribadi, gelar mahasiswa berprestasi didapatkan karena mahasiswa yang memiliki IPK > 3,5 dan aktif berorganisasi. Mengapa demikian?

Hal tersebut diapresiasi karena mahasiswa aktivis mampu memanajemen waktu dengan baik antara kegiatan organisasi dan perkuliahan. Toh, buktinya mahasiswa yang mendapatkan gelar sarjana terbaik adalah mereka mahasiswa aktivis. Bukan akademisi. Sebenarnya masih sangat ngambang pada pemikiran yang mengatakan bahwa ‘organisasi hanya akan menghambat perkuliahan’. Sisi mana yang menghambat perkuliahan? Sedangkan waktu yang dipergunakan untuk perkuliahan tidak akan habis dalam 24 jam. Jika dikalkulasikan waktu kosong kalian di luar perkuliahan, berapa banyak waktu kosong yang kalian miliki? Apakah waktu kosong tersebut kalian gunakan untuk kegiatan yang produktif?

Silahkan jawab pada diri masing-masing. Mahasiswa sudah harus belajar untuk memecahkan permasalahan. Menjadi seorang yang aktivis akan menjadikan kita lebih dewasa. Mungkin pada awal waktu, kalian akan kelabakan dan belum bisa mengatasi semua permasalahan dalam hal manajemen waktu. Tetapi, seiring berjalannya waktu semua akan mengalir. Apa yang harus kita lakukan? Perbaiki manajemen waktu. Jika tidak dimulai dari sekarang, sampai kapan kalian mau berada di zona nyaman kalian yang hanya akan mengurusi perkuliahan saja?

Tulisan ini bukan mensugetsi diri kalian untuk menjadi aktivis kampus. Sama sekali tidak! Hanya saja, sedikit meluruskan pandangan mahasiswa terkait dengan para aktivis kampus. Sekiranya kalian adalah tipe mahasiswa yang akademisi, mungkin memiliki sahabat yang aktif berorganisasi. Baiknya agar tidak mengucilkan sahabat kalian hanya karena mereka seorang aktivis. Tetapi, coba sharing bersama mereka. Mahasiswa yang aktivis sangat berbeda dengan mahasiswa yang akademisi. Mulai dari segi sosial, pandangan hidup bahkan wawasan. Mengapa? Dari segi sosial, mahasiswa aktivis tentu memiliki banyak jaringan. Jaringan dalam artian teman. Jangan salah ya, karena teman juga merupakan salah satu rezeki bagi kita.

Selain itu, memiliki pandangan hidup yang berbeda. Berkegiatan di luar perkuliahan akan mengajarkan kita tentang pentingnya memanfaatkan waktu luang. Membuat diri kita sadar bahwa waktu luang yang dimiliki harus dilakukan untuk kegiatan yang produktif. Permasalahan di luar perkuliahan akan mengajarkan kita tentang miniatur kehidupan. Bersosialisasi, berbicara dengan orang yang tidak dikenal, tampil dengan percaya diri di depan orang banyak, dan masih banyak lagi. Itulah mengapa mahasiswa akktivis dan akademisi sangat berbeda. Bagi mahasiswa yang akademisi, tentu akan tenang dan nyaman saja. Yang dipikirkan hanya dunia perkuliahan. Mungkin saat perkuliahan belum terasa kekurangannya. Namun, puncaknya ada pada dunia pekerjaan.

Mengapa? Perbedaan akan sangat terlihat. Mahasiswa yang aktivis tentu softskill sudah terbangun sejak berorganisasi. Softskill yang seperti apa? Banyak. Tampil dengan percaya diri, mampu berkomunikasi yang baik, mampu bekerja dalam tim dengan baik dan sebagainya. Sedangkan mahasiswa akademisi, baginya itu akan terasa asing dan canggung. Tidak sedikit kita lihat bahwa banyak yang tidak percaya diri, tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, individualism dan lainnya. Lalu, apa manfaat dari hasil IPK 4,0. Jika, semua nilai yang dipertahankan agar tetap bagus di bangku perkuliahan menjadi tidak berarti sama sekali.

Sehingga, sangat penting bagi kita yang berlabel mahasiswa untuk mempertimbangkan segala sesuatunya. Toh, yang merasakan manfaatnya adalah diri sendiri. Tipikal apapun itu, mahasiswa akademisi ataupun aktivis, silahkan jadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain. Semoga tulisan ini dapat memotivasi diri dan menjadikan diri kita lebih produktif lagi dalam memanfaatkan waktu luang yang ada. Hidup Mahasiswa! J