Menyulut Sikap Percaya Diri Pada Remaja Serta Kepribadian Dasarnya – Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut WHO (World Health Organization), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Fase masa remaja merupakan fase yang amat berpengaruh terhadap perkembangan sikap dan sifat seseorang. Perilaku dan potensi diri mulai nampak ditunjukkan pada fase remaja ini. Begitupun perubahan secara fisik akan sangat terlihat selama fase remaja ini.
Perubahan sifat dan sikap yang dialami selama masa remaja ini akan sangat mempengaruhi aktifitas kesehariannya. Menyesuaikan antara melepas dan melupakan kebiasaannya selama berada di masa kanak-kanak dan mengadaptasikan diri dengan kebiasaan barunya sebagai seorang remaja memang tidaklah muda. Butuh penyesuaian perilaku untuk bisa melakukaannya.
Salah satu masalah sikap dalam masa remaja ini adalah perihal kepercayaan diri. Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling, percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Betapa banyak kita temui seseorang dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi semasa kanak-kanak berbading terbalik ketika memasuk masa Remaja. jika ditinjau lebih dalam masalah ini, kita akan menemukan kenyataan bahwa memang manusia adalah makhluk yang unik. Sifat dan sikap yang dimilikinya tidak selamanya bisa membersamainya. Sebagai makhluk yang unik , sikap manusia ternyata tergantung pada kepribadian dasar dan lingkungannya (teori Gordon Allport).
Kepercayaan diri merupakan hal yang harus selalu ada dalam diri manusia. Usia remaja merupakan usia terberat untuk mengatualisasikan sikap percaya diri dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan remaja sadar akan kelebihan-kelebihan yang mereka miliki namun tidak memiliki keberanian untuk mengembangkannya. Begitupun sebaliknya, mereka juga sadar akan kekurangan yang mereka miliki namun tidak memiliki kepercayaan diri untuk menerimnya.
Banyak cara yang ditawarkan untuk mengembangkan sikap percaya diri pada mulai dari menyadari kelebihan yang dimiliki, memperbanyak pergaulan, mencoba hal-hal baru hingga melatih public speaking. Kesemua cara tersebut memang sangat patut dicoba untuk melatih kepercayaan diri, namun ada satu hal yang sering diabaikan yakni sisi kepribadian yang dimiliki oleh sang remaja tersebut.
Pada dasarnya sisi kepribadian dalam diri manusia mudah berubah menyesuaikan situasi dan lingkungannya (inkonsistensi kepribadian). Pada masa remaja inkonsistensi kepribadian inilah sangat terasa sehingga berpengaruh pada sikap kepercyaan diri sang remaja.
Inkonsistensi kepribadian ini karena terlalu melakukan banyak hal-hal baru yang sama sekali tidak memiliki tujuan. Malakukan hal-hal baru yang sekiranya memberikan manfaat akan mampu memicu sikap percaya diri. Pemahaman akan kepribadian dasar alias kepribadian bawaan sangat diperlukan untuk menyulut sikap percaya diri pada remaja.