Siapa Bapak Pendidikan Islam di Indonesia?
Pendidikan Islam masuk ke Indonesia karena ada sosok pahlawan pendidikan Islam yaitu Mahmoed Joenoes dengan nama lengkap Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Pada awalnya, mata pelajaran agama Islam tidak termasuk mata pelajaran yang diajarkan di sekolah formal. Mahmud Yunus merupakan sosok yang memperjuangkan untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke sekolah formal. Pada tahun 1931, Ia telah menyelesaikan pendidikan megister di Universitas Al-Azhar, Mesir.
Kemudian, Ia kembali ke tanah kelahirannya di Sungayang, Sumatera Barat untuk mengembangkan Madras School di tanah kelahirannya Sungayang, Sumatera Barat. Namun, Madras School hanya bertahan selama 2 tahun karena pemerintah Belanda menutup sekolah ini pada tahun 1933.
Perjuangannya terus berlanjut. Pada tahun 1932, Ia memimpin Normal Islam School (NIS), Padang untuk mendidik calon guru dan memasukkan mata pelajaran agama Islam ke sekolah. Ia merupakan sosok yang pertama kali mengenalkan mata pelajaran agama Islam.
Setelah kemerdekaan, Ia mengusulkan untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam ke sekolah formal. Kemudian, pada tahun 1946 usulan tersebut diterima oleh Saaduddin Jambek yang merupakan kepala Jawatan Pengajaran Sumatera Barat dan diterapkan di seluruh Sumatera Barat. Pada tahun 1950, Ia memberikan usulan yang sama untuk memasukkan mata pelajaran agama Islam kepada pemerintah Indonesia. Kembali lagi usulan tersebut diterima dengan baik oleh pemerintah Indonesia.
Inilah awal dari pendidikan agama Islam mulai diajarkan untuk sekolah formal di Indonesia meliputi sekolah negeri dan swasta yang dimulai pada tanggal 20 Januari 1951 hingga sekarang.
Kehidupan Pahlawan Pendidikan Islam
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus atau dari ejaan lama Mahmoed Joenoes lahir pada tanggal 10 Februari 1899 di Sungayang, Tanah Datar, Minangkabau, Sumatera Barat. Ia merupakan anak pertama yang berasal dari keluarga yang sederhana dan memiliki kedua orang tua yang telah tidak bersama lagi atau bercerai saat Ia berusia 3 tahun. Sejak kecil Ia telah memiliki minat dengan ilmu agama Islam dan belajar Al-Qur’an bersama sang kakek. Pada tahun 1908, Ia belajar di Sekolah Desa di Sungayang. 4 tahun kemudian, Ia pindah ke Madras School. Saat berumur 14 tahun, Ia diberi kepercayaan untuk mengajar sebagai guru bantu di Madras School.
Pada tahun 1917, Ia dipercaya kembali untuk memimpin Madras School dan bergabung dengan Persatuan Guru Agama Islam (PGAI). Pada tahun 1923, Ia melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir. Ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswa di Universitas Al-Azhar dan kembali ke Indonesia pada tahun 1931 dengan mengembangkan Madras School. Pada tahun 1932, Ia mengajar kembali di Normal Islam School dan memimpin Sekolah Tinggi Islam (STI) Padang.
Setelah pendidikan agama Islam masuk di Sumatera Barat. Ia meneruskan perjuangannya untuk memasukkan pendidikan agama Islam di Sumatera hingga diterima usulannya pada tahun 1947. Pada 20 Januari 1951, mata pelajaran agama Islam resmi masuk kedalam kurikulum nasional melalui usulannya. Pada tahun 1951, Ia menjabat sebagai pegawai Departemen Agama.
Pada tahun 1957, Ia menjabat sebagai rektor pertama di Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta saat ini bernama UIN Syarif Hidayatullah. Pada tahun 1967 sampai 1970, Ia menjabat sebagai rektor pertama IAIN Imam Bonjol. Ia meninggal pada 16 Januari 1982 saat berumur 82 tahun. Selama Hidupnya, Ia dikenal dengan karya-karyanya seperti Tafsir Qur’an Karim dan kamus bahasa Arab-Indonesia.Setelah mengenal sosok bapak pendidikan Islam di Indonesia, apakah sobat akan tetap mengenang mereka dan menghargainya?