Si Kecil “Buku Saku” yang Terlupakan – Halo sobat Shalaazz, perubahan zaman dari generasi ke generasi mengantarkan manusia sekarang ke berbagai elemen baru yang memberikan dampak bak pisau bermata dua. Di satu sisi ia akan memberikan solving problem atau memberikan hasil yang positif dan bermanfaat bagi pengguna cerdasnya, tetapi di sisi lain ia dapat berdampak negatif ketika salah dalam pemanfaatannya.
Era Millenials ini telah menyeret berbagai lini kehidupan untuk bergerak memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital termasuk dan terutama dunia pendidikan.
Indonesia sendiri telah mengatur tentang pendidikan dalam pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa…” Fungsi pendidikan nasional tersebut akan tercapai jika pendidikan telah dijadikan sebagai pondasi peradaban bangsa yang terus berkembang mengikuti masanya masing – masing, tidak boleh tertinggal sedikitpun.
Oleh sebab itu pembaharuan demi pembaharuan pada bidang pendidikan sangat penting untuk dilaksanakan demi tercapainya pendidikan yang diharapkan.
Baca juga: Minat membaca Siswa Rendah? Inilah 5 Hal yang harus dilakukan guru.
Berbagai strategi digulirkan untuk memenuhi kebutuhan yang dapat menunjang tercapainya perkembangan kemampuan generasi millenials, terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Metode pembelajaran yang sifatnya konvensional seperti buku paket pelajaran yang berat, tebal, dianggap sulit, membosankan, tidak efektif dan tidak menarik. Semakin hari tentu semakin diabaikan oleh generasi yang semakin akrab dengan dunia digital.
Selain itu diera ini pengguna teknologi digital diperlakukan manja oleh kehadiran Google, Microsoft, Youtube, Yahoo, dan berbagai aplikasi lain dari perusahaan bidang teknologi informasi.
Jika hal ini terjadi pada anak – anak yang masih menempuh pendidikan tentu akan berdampak buruk, terutama dalam manajemen waktu belajarnya. Mereka akan jauh lebih tertarik dengan layar ponsel dari pada buku – buku cetak untuk dipelajari, lebih menyukai hal – hal instan untuk menemukan berbagai solusi tanpa mau berproses karena cukup satu kali klik sudah dapat menemukan jawaban yang diinginkan tanpa perlu membaca banyak hal.
Baca juga: Tips Keluar Zona Nyaman Secara Cepat
Padahal Kate Garland, dosen psikologi di University of Leicester di Inggris dalam Time Healthland, 2012 pernah menyatakan bahwa orang-orang yang membaca dari kertas lebih cepat merasa tahu atas informasi yang dibaca dan mengingatnya dalam jangka panjang daripada orang – orang yang membaca melaui layar monitor sehinggga membutuhkan membaca berulang – ulang untuk dapat memahami isi bacaan tersebut.
Adanya kelebihan dan kekurangan dari kehadiran teknologi digital ini serta menjemukannya metode konvensional jika terus diterapkan tentu tidak akan efektif. Maka perlu kiranya memadu-padankan kedua komponen metode pembelajaran, salah satunya melalui pemanfaatan kembali buku saku yang kian hari kian terlupakan.
Buku saku merupakan buku yang berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa kemana – mana (KBBI). Buku saku ini memang tidak secanggih e-book yang bisa disimpan dalam smartphone, tapi dalam penggunaannya ia tentu memiliki keunggulan tersendiri.
Ukurannya yang kecil menjadikannya tak kalah mudah untuk disembunyikan dalam saku, sehingga tak perlu repot membawa tas khusus. Komponen dalam buku saku cenderung berisi inti dari pembahasan dan hanya garis besar. Hal ini akan menuntut penggunanya untuk mampu memahami secara mengakar terhadap komponen dalam buku saku tersebut, sehingga tidak sekadar hapal materi saja.
Pengguna yang tidak biasa dengan buku saku biasanya akan kesulitan, sebab buku saku tidak menguraikan informasi secara detail. Sebenarnya pemanfaatan buku saku lebih cocok untuk mereka yang telah menguasai materi tetapi perlu pegangan saat berada di tempat – tempat tertentu atau sebagai pengingat saja.
Hal ini menunjukkan bahwa bagaimanapun strategi yang digunakan, yang menjadi hal penting adalah proses dari seni membaca dan menguasai ilmu itu sendiri, baik melalui media cetak maupun digital. Bagi siswa dan mahasiswa yang sedang melaksanakan tugas lapangan, buku saku ini biasanya menjadi keharusan untuk berada di dalam saku, karena sewaktu – waktu perlu referensi yang cepat dan tepat.
Seiring perkembangan teknologi, buku saku juga terus dikembangkan dalam media digital yang bisa diakses langsung melalui smartphone. Jadi tinggal pilih buku yang model bagaimana yang anda sukai, tentunya untuk dibaca dan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Bagaimanapun membaca merupakan aktivitas yang sangat bermanfaat untuk kehidupan.
Dengan membacalah seseorang akan dapat mengetahui berbagai informasi yang dibutuhkan. Metode yang instan memang bikin nyaman tapi sayangnya juga cepat hilang.