Indonesia Website Awards

Kolaborasi Design Thinking Dalam Pendidikan Generasi Milenial Z

Kolaborasi Design Thinking Dalam Pendidikan Generasi Milenial Z

Kolaborasi Design Thinking Dalam Pendidikan Generasi Milenial Z – Halo sobat Shalaazz, Konsep sebuah pendidikan berawal dari sebuah pohon. Dimana manusia belajar dari akar hingga menuju ke buah. Mempelajari sesuatunya harus dari akarnya dulu yang harus dituntaskan. Untuk menuju puncak melalui banyak proses.  

Akar menuntut manusia untuk membawa bekal yang akan dibawanya kelak. Dijadikan bekal itu bermanfaat bagi orang-orang banyak. Yaitu bekal yang dibawa ialah iman dan ukhuwah. Dimana keduanya harus saling melengkapi dan menyeimbangi agar tidak berat sebelah. Lalu, setalah itu diasahlah soft dan hard skill yang manusia miliki melalui analythical (Analisis), Design dan Intuitive (Perasaan). 

Analythical sebagai kemampuan manusia untuk problem solving dalam keadaan masyarakat yang ditempatinya. Agar manusia yang berada disana membawa perubahan baik skala kecil maupun besar dengan melakukan pemetaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan letak geografis serta kemampuan lainnya yang dapat mendukung wilayah tersebut.

Design sebagai kemampuan manusia untuk berinovasi dalam mewujudkan problem solving tersebut. Tanpa adanya design manusia tidak dapat memasarkan jasa maupun produk dalam skala dunia internasional. Kebutuhan yang harus didesign sebagaimana target yang dicapai ialah generasi Z yang semakin banyak.   

Tujuannya ialah memberdayakan manusia menuju kebermanfaatan yang dilandasi dengan iman dan ukhuwah dalam konsep design thinking yang mengedepankan etika dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya ialah kejayaan yang menguasai dunia dalam skala besar. Baik itu ekonomi, politik, hukum, pendidikan dan lainnya. Intuitive sebagai kemampuan manusia agar mau peka terhadap manusia, hewan dan lingkungannnya.   

Kenapa harus intuitive? Karena mengubah mental block yang ada di generasi Baby Boomes hingga milenial generasi Z. Dimana mental Block tersebut ialah mengubah cara pandang diri, penghargaan diri, dan ideal diri. Hal itulah yang harus diidentifikasi dalam proses komunikasi yang baik kepada manusia,hewan, dan lingkungan.

Baca juga: Kesempatan Generasi Millenial Menjadi Volunteer di Agrofood Expo Indonesia

Yakni disebut sebagai HAUR (Hearing, Attention, Understanding, Remembering). maksudnya agar manusia menjadi pendengar yang baik, pemerhati yang baik, pemahaman yang mendalam tentang keseluruhan, serta pengingat yang bijak dalam berinteraksi sosial.   Batang menuntut manusia untuk memproses dalam mewujudkan akar tersebut.

Setelah manusia memiliki pemahaman akar yang mendalam tadi bisa masukke proses ini. Kebijakan untuk mengambil langkah selanjutnya ialah melakukan latihan secara kontinyu. Latihan apa yang bisa tepat untuk semua kalangan? Bagi kalangan anak-anak menggunakan bermain edukasi dengan gambar dan suara.

Bagi kalangan generasi Z menggunakan design thinking yang berarti ialah penalaran dalam berdiskusi, berargumentasi, berliterasi, dan digitalisasi. Bagi kalangan dewasa menggunakan keseriusan dalam menata penalaran, menata ilmu yang sudah mumpuni, dan menerapkannya dalam pelaksanaan kehidupan sesuai kajian ilmu yang dimilikinya.  

Daun menuntut manusia untuk memiliki visi dalam jangka pendek. Visi itu sekitaran 5 tahun yang dicapai untuk ke depannya. Misalnya tahun pertama menyesuaikan frame yang ada dalam diri sendiri dengan masyarakat sekitar, tahun kedua membuat komunitas yang sesuai dengan vision, action, passion, dan collaboration.

Tahun ketiga membuat bisnis dalam rangka memberdayakan dan memakmurkan kesejahteraan diri sendiri dan masyarakat sekitar.

Tahun keempat untuk mendatangkan konsumen dalam skala global atau mendunia.

Tahun kelima tercapainya tujuan dan menggulir kembali pelatihan agar yang mengendalikan tidak statis melainkan dinamis. Sehingga setiap orangnya memiliki akar, batang, dan daun untuk mencapai buah kesuksesan yang dinantikannya.  

Buah ialah puncak kesempurnaan yang telah dicapainya melalui proses nan panjang. Melalui penyucian dirinya, meleburkan dalam komunikasi sosialnya, menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapatnya dan dilakukan secara kontinyu. Disini walaupun sudah mencapai kesempurnaan manusia tetap dituntut untuk memperpanjang visinya dalam 10 tahun ke depan. Apa yang akan dilakukannya dalam tahun-tahun berikutnya?

Sehingga perjalanan itu tidak berhenti melainkan berkala secara produktivitas.   Melakukan konsep design thinking dalam pendidikan ini diperlukan agar makin berkreasi generasi milenial Z dan dapat berdampak banyak kepada feeling setiap manusia. Tentunya dengan semangat perjuangan yang tinggi, keikhlasan serta mimpi untuk mencapai kejayaan abadi.