Indonesia Website Awards

Kemerdekaan (Bukan Lagi) Harga Mati Essay

Kemerdekaan (Bukan Lagi) Harga Mati

Kemerdekaan (Bukan Lagi) Harga Mati Essay – Merdeka! Satu kata yang selalu dielu-elukan oleh masyarakat mayoritas Negara Indonesia tercinta ini. Namun selama Indonesia merdeka apa yang sudah diberikan oleh masyarakat kita untuk perjuangan pahlawan kita? Hanya sebuah kata merdekakah? Sedangkan kita ketahui merdeka adalah rasa bebas, lepas, atau tidak terikat. Jadi apakah sebenarnya Indonesia sudah merdeka?

Kata Merdeka Hanya Sebuah Kata, Apabila Tanpa Perenungan

Bagaimana Negara kita mampu bersaing jika masyarakat per-tahunnya hanya menghadiahi kata merdeka, untuk perjuangan pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bertahun tahun silam? 74 tahun sudah berlalu. Seharusnya dengan semangat Proklamasi 17 Agustus yang selalu kita peringati tanpa ada kata terlambat. Kita mulai berpikir apa saja yang sudah diperbarui kurang lebih selama setahun ke belakang ini.

Baca Juga: Prosedur Pemakzulan Presiden Secara Yuridis di Indonesia

Bukan hanya memperingatinya dengan karnaval dan perlombaan dengan mengedepankan motto bhinneka tunggal ika. Padahal secara garis besar kenyataannya tak ada satupun yang melihat motto tersebut. Melihat fakta yang berkembang di ranah pendidikan, dari awal Indonesia merdeka sampai sekarang perkembangan memang melesat cepat. Terlebih untuk pembangunan sarana dan prasana pendidikan.

Namun, hal itu belum sepenuhnya tersebar secara merata. Secara garis besar kita dapat melihat bukti bahwa dari masa kemerdekaan, sistematis pendidikan bukan makin membebaskan pelajarnya untuk berkembang. Namun lebih mentitikberatkan pelajar mengikuti perkembangan ideologi orang lain.

Kemerdekaan Dalam Berpikir

Contoh dasarnya, seluruh siswa dalam satu kelas diberikan satu buku yang sama. Kemudian secara tidak langsung mewajibkan siswa itu belajar sesuai ideologinya sendiri. Contoh lainnya, mengajari jiwa kompetisi pada pelajarnya, padahal bukti berbicara jiwa kekeluargaanlah yang sebenarnya dibutuhkan untuk lingkup sosial dunia. Bersaing atau berkompetisi tidak disalahkan namun jika bisa naik tanpa menjatuhkan mengapa tidak?

Baca Juga: Ayo Indonesia Bangkit Essay Hari Kartini

Sistem Pembelajaran yang Masih Terkekang

Dari sistem pembelajaran yang kita gunakan sekarang masih pantaskah Indonesia dikategorikan negara yang merdeka? Sepertinya belum karena kita pelajar masih tidak diberi kebebasan sebebas-bebasnya untuk menjalankan apa yang kita inginkan. Misalnya menciptakan terobosan baru, ide baru, ataupun gagasan baru yang mudah dicerna oleh kami generasi millennial yang mayoritasnya buta akan sejarah.

Bahkan kebanyakan dari kami tidak memiliki jiwa Indonesia. Sehingga kami terhanyut bangga dengan julukan negara konsumtif, negara terbelakang dan julukan lainnya. Yang mana menurut logika, jika julukan itu diberikan untuk menyatakan keburukan kita bisa membuat marah dan mengamuk. Namun mengapa rasa itu tidak bisa dijadikan rasa patriotisme, jiwa semangat juang untuk membangun bangsa Indonesia ini.

Berawal Dari Diri Sendiri Mewujudkan Indonesia yang Bermartabat

Sudah saatnya dari diri sendiri mengubah pola pemberian rasa cinta kita untuk Indonesia. Untuk pahlawan tanpa tanda jasa, dan untuk anak cucu kita nanti. Mulailah tanamkan moral berattitude baik, dan berahklak mulia. Seperti yang kita perhatikan kondisi moral mayoritas generasi Indonesia makin ke hari makin menjauhi kata luar biasa bahkan baik saja. Untuk membangun bangsa ini , tentu kita juga memperlukan “rempah-rempah” moral. Yang tentu bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan kemerdekaan Indonesia. Serta langkah apa yang kemudian harus diambil untuk menggerakkan Indonesia dari negara berkembang menjadi negara maju.

Dengan pembahasan di atas penulis mengharapkan agar semua masyarakat juga melihat titik berat yang mengganjal kemajuan Indonesia. Mari kita bangun kembali kebudayaan dan jiwa Indonesia untuk membangkitkan kembali jiwa patriot, toleransi, gotong royong. Sehingga kalimat “kemerdekaan adalah harga mati” tanpa embel-embel “bukan lagi”, kembali menggema seraya perjalanan Indonesia menuju kesuksesannya ditahun berikutnya.

Penulis: Saiidah Putri Nabiilah – SMK Negeri 2 Lhomseumawe jurusan Multimedia