Indonesia Website Awards

Krisis Pendidikan menurut Kacamata UNESCO, memprihatinkan!

Krisis Pendidikan  menurut Kacamata UNESCO,  memprihatinkan!



Krisis Pendidikan  menurut Kacamata UNESCO,  memprihatinkan!– (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, atau yang dlebih dikenal dengan UNESCO) merupakan salh satu badan khusus yang dinaungi PBB yang didirikan pada tahun 1945

Salah satu tujuan paling penting dari program UNESCO: Semua anak di dunia harus punya hak penuh akses pendidikan. Namun sayangnya, UNESCO menyatakan bahwa sampai dengan tahun 2015 tujuan tersebut belum bisa dicapai
UNESCO menyatakan dalam laporannya di ibukota Ethopia mengenai pendidikan, Addis Ababa, sangat memprihatinkan. Dalam laporannya UNESCO mengemukakan bahwa ada 57 juta anak di seluruh dunia tidak sekolah, sedangkan 774 juta orang dewasa di seluruh dunia mengalami buta huruf, yang paling memprihatinkan perempuan dan laki-laki yang tinggal di daerah pedesaan dan negara-negara berkembang, mereka yang paling sering dirugikan dalam masalah  pendidikan. 
Menurut Pauline Rose, bahwa UNESCO akan terus bekerja keras hingga mewujudkan tujuan-tujuan dalam maslah pedidikan. 
Nota kesepakatan yang telah diwujudkan di Dakar  pada tahun 2000, dalam forum pendidikan dunia terdengar begitu penuh harapan. Diantaranya ada 164 negara di dunia dalam forum tersebut menyatakan diri berkewajiban untuk memasukkan 6 tujuan utama pendidikan dalam agenda . Termasuk diantaranya adalah akses pendidikan lebih baik bagi anak usia dini dan sekolah dasar, pengurangan setengah jumlah orang buta huruf dan kesetaraan peluang pendidikan baik laki-laki maupun perempuan.

Kemajuan dalam pendidikan dunia

Barbara Malina selaku sebagai komisi UNESCO jerman untuk bidang pendidikan memaparkan bahwa salah satu faktor kemaujian suatu dunia diakibatkan oleh akses pendidikannya sendiri.
Meski telah ada perbaikan, pebaikan-perbaikan tersebut tercapai pada tahun-tahun pertama setelah pelaksanaan forum pendidikan dunia di Dakar. Sejak saat itu perkembangan di berbagai bidang penting menjadi mandek. Contohnya adalah jumlah remaja yang tidak pergi ke sekolah, sejak tahun 1999 memang telah ada penurunan sebanyak 31 persen atau sebanyak 69 juta orang, akan tetapi sejak tahun 2007, hanya ada sedikit perubahan. Palulana Rosie menyatakan bahwa Akses  pendidikan bagi remaja harus segera siperbaiki dalam waktu dekat.
Stagnasi juga terlihat jelas dalam jumlah orang dewasa buta huruf. Setidaknya ada 774 Juta  di dunia mengalami buta huruf sepertiga dari mereka mayoritasny adalah kaum perempuan. Salah satu pernyataan Pauline Rosie.Jumlah orang dewasa yang buta huruf sejak tahun 1990 telah turun sebanyak 12 persen, akan tetapi semenjak tahun 2000 penurunannya hanya satu persen.
Dalam data UNESCO, sekitar 175 juta kaum muda di seluruh dunia hanya sedikit bisa baca tulis dan bahkan tidak sama sekali. ini merupakan Sebuah masalah yang menimpa sepertiga dari kaum muda perempuan di selatan dan barat Afrika. 
Sampai saat ini, UNESCO belum bisa mencapai target seperti yang telah disepakati dalam acara forum pendidikan dunia di Dakar, hal ini terjadi terutama akibat kondisi guru dan kualitas pelajaran. Belajar dan mengajar adalah tema utama untuk laporan tahun ini. Sekitar 250 juta anak di seluruh dunia tidak memperoleh kemampuan dasar seperti membaca dan menghitung meskipun separuh dari mereka telah bersekolah selama 4 tahun, 
Menurut UNESCO, kualitas pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru dan pelajaran. Di banyak negara terjadi kekurangan guru yang sangat signifikan. Supaya anak-anak di seluruh dunia mendapayan haknya di pendidikan sekolah dasar, sampai tahun 2015 dibutuhkan sebanyak 5,1 juta guru. Dalam laporan UNESCO tersebut juga dinyatakan bahwa guru di daerah dibelahan di dunia sangat membutuhkan pendidikan dan pendidikan lanjutan yang lebih baik serta kemudahan akses terhadap materi pelajaran dan gaji yang sesuai. 
Tingkat partisipasi pendidikan di Indonesia meningkat tajam, namun mutu pendidikan yang didapat setiap anak, belum setara.Tapi, penyediaan kualitas pendidikan yang baik merupakan salah satu kunci menciptakan generasi yang berkualitas.
Asisten UNESCO yakni Qian Tang mengemukakan bahwa kesenjangan mutu pendidikan masih menjadi kendala banyak negara salah satunya Indonesia.